PENYAKIT Monkeypox (Mpox) telah diumumkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai keadaan darurat kesehatan global atau darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC) pada 14 Agustus 2024 lalu.
Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY spesialis penyakit dalam, dr. Agus Widiyatmoko, Sp.PD., M.Sc, mengatakan, Mpox memiliki kesamaan dengan covid-19 karena penularannya yang berulang. “Kita perlu meningkatkan kesadaran untuk mencegah penyebaran Mpox agar tidak menyebar dengan cepat,” ungkapnya dalam siaran pers dari Humas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (7/9).
Mpox adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus cacar monyetyang pertama kali ditemukan pada monyet di tahun 1958. Virus ini termasuk dalam genus virus ortopoks yang juga mencakup virus cacar dan cacar api. Kasus Mpox pada manusia pertama kali diidentifikasi di Republik Demokratik Kongo tahun 1970.
Baca juga : Mpox Varian Clade 1b Miliki Tingkat Penularan lebih Cepat
Virus Mpox dapat menular dari hewan ke manusia atau dari manusia ke manusia. Agus menyatakan, penularan dari manusia ke manusia terjadi
kontak melalui langsung dengan cairan tubuh yang terkontaminasi atau benda yang terpapar virus. Kontak dengan daging hewan yang tidak ditangani dengan baik juga dapat menjadi sumber infeksi.
“Kita juga harus menjaga perlintasan hewan terutama tupai dan tikus, ini bisa menginfeksi hewan lain yaitu monyet. Dua hewan ini sering kali menjadi barang perdagangan hewan peliharaan eksotis yang biasa terjadi di seluruh negara,” terang dia.
Gejala umum Mpox menurut dr. Agus dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Gejala tersebut diikuti dengan ruam khas yang berkembang dari makula menjadi papula, vesikel, pustula, dan akhirnya krusta.
Baca juga : Menjaga Pola Hidup Bersih Bisa Membantu Anda Terhindar dari Mpox
“Masa inkubasi biasanya berkisar antara 6 hingga 13 hari, dan gejalanya mirip dengan cacar air dengan penambahan inflamasi atau pembengkakan,” terang dia.
Berbeda dengan Covid-19 yang menular melalui udara, Mpox menyebar melalui cairan yang terkontaminasi.
Sebagian besar kasus besar Mpox terjadi pada pria usia 31-40 tahun, terutama mereka yang menjalani hubungan seksual berganti pasangan atau hubungan
sesama jenis, karena luka awal sering terjadi di bagian anal. “Sekitar 84,3% kasus terjadi pada pria yang berhubungan seksual dengan pria, sementara 6,5% berasal dari pasien biseksual,” terang dia.
Baca juga : Penderita Cacar Dilarang Mandi, Benarkah?
Agus menjelaskan, perawatan bagi penderita Mpox adalah dengan perawatan suportif, yaitu dukungan nutrisi dan obat-obatan untuk mengatasi demam dan nyeri, serta obat antivirus seperti tecovirimat dan brincidovir, yang masih dalam tahap penelitian. Ia menjelaskan kerja sama global sangat diperlukan karena selama ini aksesibilitas obat di wilayah endemis masih menjadi tantangan
Ia pun pentingnya melakukan langkah-langkah pencegahan terhadap penyakit tersebut. Pertama, hindari kontak dengan bahan apapun, seperti tempat tidur yang pernah bersentuhan dengan hewan yang sakit.
Kedua, cuci tangan setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi. Ketiga, gunakan APD saat merawat pasein yang terinfeksi.
“Praktik seks yang aman termasuk membatasi pasangan seks, pemberian vaksin bagi kelompok berisiko termasuk LSL dan ODHIV, juga memasak daging dengan benar dan matang dapat menjadi Langkah pencegahan Mpox,” tutupnya. (H-2)