PEMERINTAH Kanada pada Senin (24/5) mengimbau warganya di Libanon segera pulang setelah Israel secara dramatis meningkatkan serangan di seluruh Libanon. Ini memicu serangan balasan dari Hizbullah yang belum pernah terjadi.
“Bagi warga Kanada dan yang telah menjadi penduduk tetap di Libanon segera pulang,” tulis Menteri Luar Negeri Melanie Joly di X seraya memperingatkan yang lain karena tidak merencanakan perjalanan ke Libanon.
“Situasi keamanan di perbatasan Libanon-Israel sangat tidak stabil dan dapat meningkat tanpa peringatan kapan saja,” katanya.
Baca juga : Israel Serang Selatan dan Timur Libanon, Korban Tewas Bertambah
Dia juga menyampaikan secara mendalam Kanada atas eskalasi antara Israel dengan Hizbullah. Ia menekankan prioritasnya alah melindungi warga sipil dari kedua pihak dan di seluruh wilayah.
Joly, yang mengatakan telah melakukan kontak dengan mitra Libanon dan Israel, mendesak deeskalasi segera di perbatasan kedua negara untuk mencegah bencana yang menghancurkan.
Israel melancarkan serangkaian serangan udara ke Libanon selatan dan timur, yang menurut otoritas kesehatan negara itu mengurangi sedikitnya 392 orang, termasuk 35 anak-anak dan melukai 1.645 lainnya, dalam serangan sejak Senin pagi yang juga memaksa ribuan warga sipil meninggalkan rumah mereka.
Baca juga : Serangan Udara Israel tidak Berhenti pada Senin, Penduduk Libanon Selatan Mengungsi
Pasukan Israel mengintensifkan serangan mereka di Libanon, mengabaikan peringatan masyarakat internasional bahwa mereka akan mengambil risiko menyebarkan konflik Gaza ke wilayah lain.
Serangan itu merupakan dampak dari ketegangan yang meningkat antara Hizbullah dan Israel setelah serangan udara mematikan minggu lalu yang menyebabkan sedikitnya 45 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, dan melukai puluhan orang di pinggiran kota Beirut.
Hizbullah mengkonfirmasi bahwa sedikitnya 16 anggotanya, termasuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan komandan tertinggi Ahmed Wahbi, tewas dalam serangan udara Israel.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas perbatasan sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah terjadi lebih dari 41.400 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menyusul serangan melintasi perbatasan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu. (Semut/Z-2)